Novel pendek by Mas Theckoezcurut, ini hanya sepenggal cerita tentang Darmini. Kisah ini hanya ada dalam imajinasiku saja dan tak pernah benar-benar ada di dunia nyata selain Legenda Darmini. Darmini yang lahir di Pulau Jawa, yang tak lain hanyalah seekor bebek raksasa yang dilahirkan oleh ular betina. Setidaknya itulah yang diisyaratkan oleh dongeng anak-anak untuk orang yang kena kutukan nasib tanpa dosa. Darmini melody, dia bagai teror yang melanda sekitar, tak ada teman di sampingnya, bahkan hewanpun tak mau dijadikan peliharaannya apalagi seorang kekasih. Gelandangan pendusta saja tak sudi untuk menenggelamkan kemaluannya ke dalam kemaluan Darmini. Seseorang akan memuntahkan semua ususnya ketika ia berpikir untuk bergelut dalam asmara puncak kenikmatan birahi bilateral bersamanya.
Darmini bukan seorang yang begitu menonjolkan kutukan sejatinya walaupun kutukan itu sebegitu sangat dahsyatnya seakan-akan dia dikutuk oleh sepuluh ribu nenek sihir, seratus dewa dan sejuta setan dedemit neraka. Wajahnya biasa-biasa meski sedikit aneh, kadang disulap sedemikian rupa sehingga ini bisa menarik lelaki, paling tidak lelaki kesepian dengan mata katarak. Ia akan senantiasa selalu mengikuti perkembangan jaman selayaknya gadis-gadis yang dibias asmara cinta meski harus memakai pakaian mini. Bahkan pakaian binal paling menggoda sekalipun yang melihatkan lekukan-lekukan tubuh wanita secara sempurna. Tapi sayang bahkan tubuhnya hampir tak berlekuk seperti kertas tipis yang goyang jika diterpa angin sedikit keras.
Dia selalu memberikan sensasional yang menyedihkan dipersembahkan untuk dirinya dan teman-temannya. Lalu merekapun akan menertawakan kekonyolan itu bersama-sama kemudian ia juga akan tersenyum pahit menyadari kekonyolan atas dirinya yang kadang sering terjadi tanpa disadari. Bagaimanapun ia adalah legenda modern di awal tahun 2008. Kampus kecil serta pohon bringin yang setia pada tempatnya menjadi saksi atas kehidupan itu ia lebih mirip penunggu bringin besar dan singup itu. Ketika ia duduk di bawahnya sendirian, mungkin dia menunggu pangeran tampan yang akan melamarnya atau dewa penyelamat yang menjadikan wanita tercantik di bumi, bahkan juga malaikat pencabut nyawa yang harus mengakhiri hidupnya yang menderita. Tak ada manusia yang benar-benar sempurna di muka bumi ini.
Darmini bukanlah telur busuk yang baunya menyengat ataupun juga bukan tai kebo yang sudah dingin, dia hanya manusia yang diserang nasib buruk. “Mungkin ada yang mengganjal mata orang ketika melihatku”. Mungkin ia seharusnya seperti Surti yang lebih mempercayai perasaannya daripada logikanya, ataukah dia merupakan putri cantik di balik topeng. Yang jelas pepatah mengatakan jangan lihat buku dari sampulnya. Barangkali ia adalah orang yang membahagiakan dalam sejarah. Darmini tak pernah sungguh-sungguh putus asa dalam hidupnya meski kadang ia berkata “tak seindah jaman dulu”. Maksudnya jaman dimana dia hanya tinggal dalam rahim ibunya selama 8 bulan, dimana pada saat itu ia bisa merasakan menjadi bagian dari orang yang paling cantik yaitu ibunya, sebelum ia dilepaskan dari lubang kelamin ibunya dan menjadi sesuatu yang buruk bagi dunia. Untung saja dia tidak berakhir di lubang kakus karena dianggap sebagai tai oleh dokter yang membantu ibunya bersalin. Begitu naas nasibnya saat berusia sepuluh tahun hingga remaja dia tak pernah dihiraukan orang meski tak ada yang membencinya terkecuali ibunya yang masih sayang pada dia. Yang sangat mengerti jelas perasaannya bahkan rasa kecewanya. Ibunya tak pernah menganggap ia adalah dedemit yang terjebak di dunia manusia meski semua orang bicara pada hati kecil mereka masing-masing.
Suatu ketika ia pernah terkejut hebat, ketika ada seorang laki-laki di depannya meskipun ia tahu laki-laki itu buta “mungkin dia jatuh cinta padaku” kata Darmini. “Cinta itu buta” sahutnya lagi. Penuh percaya diri ia mendekati si buta dan berkata “apa kau tertarik padaku?” si buta hanya diam “kau sudah memandangku lebih dari 5 menit. Si buta, kuanggap kau tertarik padaku karena tidak ada satu laki-laki pun yang pernah memandangku selama itu” ucapnya lagi. “Apa akibatnya?” Tanya si buta. “Maka kau boleh kawin mengawiniku”. Betapa bahagianya si buta waktu itu, tidak ia sangka ia akan bisa kawin dengan seorang wanita bukan seekor monyet yang selalu bersamanya sejak dalam goa setan waktu dia bertapa dan belajar ilmu. Ia tak pernah menyangka seorang wanita mau pada dirinya yang tak pernah mandi dan hanya menggunakan pakaian yang terbuat dari tumpukan daun. Akhirnya kaki keempatnya akan berfungsi (2 = kaki sungguhan), (1 = tongkat), (4 = kelamin). “Kau tidak takut padaku” ucap si buta. “Aku dari goa setan dan banyak setan di sekitarku” ucapnya lagi dengan nada yang paling meyakinkan. “Kamulah yang akan takut padaku jika kedua matamu masih berfungsi karena aku adalah setan yang paling nyata di sekitarmu saat ini” jawab Darmini. “Akan kukawini raja setan pun” balas si buta. Kemudian akhirnya mereka menikah di malam bulan purnama. Mendengar hal itu penduduk kampung Sido Waras sangat gelisah. Kutukan iblis akan terbuka dan akan menyerang desa. Sebenarnya Darmini merupakan tumbal penampung segala musibah yang terjadi di desa Sido Waras. Jika ada yang mengawininya dan melenyapkan keperawanan Darmini maka kutukan itu akan kembali menjadi musibah penyakit kudis, mempengaruhi panen para penduduk. Kepala Desa menyarankan pada warganya sebelum 28 hari setelah malam pertamanya, Darmini harus dibunuh dengan kapak 212 lalu rohnya dimasukkan ke dalam kendi kemudian ditenggelamkan di Laut Kidul. “Kapak itu akan kita temukan dimana?” Tanya salah satu penduduk. Ini adalah himbauan mendadak Kepala Desa yang dimaksudkan agar semua warga mengerti apa yang harus mereka lakukan. Jadi untuk menyusun rencana yang lebih matang Kepala Desa akan mengadakan rapat-rapat tertutup. “Baik… kalau gitu kita akan mengadakan rapat untuk membagi tugas” jawab Kepala Desa. Dalam rapat yang diadakan mereka membentuk 2 kelompok, kelompok pertama tugasnya mencari kapak kemudian membunuh Darmini dan siapapun yang menghalanginya termasuk si buta dari goa setan beserta setan-setannya sekalipun. Kelompok itu diberi nama Tekos Corot. Kelompok kedua bertugas membentuk pertahanan desa dari serangan balik, serta mengatur strategi gerilya. Kedua kelompok diputuskan dengan cepat. Kepala Desa dan warga mulai mengumpulkan jawara-jawara singkong yang sudah terlatih untuk perkelahian macam apapun. Dari semua jawara di desa yang paling tangguh adalah Duwo Dlowor anak Mak Bongky generasi XX. Duwo Dlowor alumni Alas Roban yang terletak di Gunung Kembar. Dia melatih ilmu kanoragan serta ilmu fisik sejak lahir. Tujuh belas tahun yang lalu Duwo Dlowor diculik oleh Kalong Wewe lalu dibawa ke Alas Roban. Emaknya meninggal setelah mengetahui anaknya dibawa lari Kalong Wewe meskipun Kepala Desa mengatakan padanya bahwa Kalong Wewe punya susu yang cukup untuk menyusui 10 anak kingkong. Duwo Dlowor kini telah kembali ke desa setelah berumur 17 tahun dan berlatih ilmu tenaga dalam. Ia hanya menggunakan kolor dari dedaunan yang warnanya hijau tanpa baju. Kulitnya yang hitam legam dan rambutnya yang panjang acak-acakan membuat ia lebih mirip anak kingkong daripada manusia. Badannya 4 x lebih besar dari manusia normal dan dia memiliki sifat yang sombong. Dia ingin langsung membunuh Darmini tanpa perlu kapak 212. “Beri tahu aku pak tua dimana Darmini, aku akan mengirimnya ke neraka dengan tanganku” Tanya Duwo kepada Kepala Desa. “Seberapa yakin kau dengan ucapanmu itu Dlowor???” ucap Kepala Desa dengan sedikit garang. “Aku mampu menenggelamkan matahari ke dalam lautan” jawab Duwo. “Tak perlu kau tenggelamkan dia akan tenggelam sendiri di kala senja tiba di laut barat” suara yang tiba-tiba muncul dari salah satu pendekar kampung kelas teri. Duwo Dlowor merasa diremehkan oleh ucapan itu, dia melempar pendekar teri itu jauh ke angkasa lalu kembali berkata pada Kepala Desa “Kini kau akan melihat kekuatanku sesungguhnya Pak Tua”. “Cukup… cukup… aku akan merundingkan tentang ini” ucap Kepala Desa. Kemudian ia pergi menemui Kazor Sentanu untuk memberitahu hal ini. Mendengar ucapan seperti itu, kelompok kedua yang diberi nama Tekos Piti yang diketuai oleh Kazor Sentanu (dukun ilmu hitam) terpaksa harus memikirkan strategi kedua dan akhirnya memberi keputusan untuk mengizinkan Duwo Dlowor untuk menghabisi Darmini sendiri. Sementara Tekos Corot tetap pada tujuannya mencari kapak 212 dan kendi sakti. Kazor memanfaatkan Duwo untuk habiskan tenaga Darmini dan si buta supaya mereka lebih mudah dihabisi nanti. Dia juga mengirim mata-mata Zetsu untuk memberi informasi tentang kekuatan musuh. Zetsu akan dikirim untuk melihat pertarungan Duwo Dlowor melawan Darmini dan si buta dari goa setan.
Duwo Dlowor pergi sendiri setelah tahu Darmini bermukim di gubuk derita di lautan pasir puncak gunung Bromo. Ia menempuh perjalanan itu selama tiga hari tiga malam hingga akhirnya sampai di lautan pasir gunung Bromo. Ia melihat gubuk kecil itu dan tanpa pikir panjang ia meremat gubuk kecil itu dengan tangannya dari jauh hingga gubuk itu melebur tanpa bentuk. Tapi ia tidak mendapati Darmini berada di dalamnya. “Aku tidak merasakan cakra Darmini” kata Duwo kecewa. Gubuk itu hanya dijaga monyet kecil yang bernama Lutung Kasarung. “Wahai manusia berkolor hijau, apa yang kau lakukan dengan gubuk ini?” Tanya Lutung. “Aku mencari Darmini” jawa Duwo. “Dia tidak ada di sini, dia bulan madu dengan tuanku si buta ke Negeri China” jawab Lutung. “Kalau gitu aku akan ke Negeri China” kata Duwo. “Kalau kamu menghalangiku aku akan memakanmu hidup-hidup” katanya lagi. “Maka kamu harus memakanku hidup-hidup karena aku tidak akan membiarkan kau melukai Darmini” jawab Lutung. Akhirnya pertarungan yang tidak seimbang itu tak terelakkan, Duwo menancapkan tangannya ke bumi hingga tanah itu terpecah menjadi dua. Lutung jatuh ke dalam pecahan tanah itu terpelosok ke dalam kemudian Lutung menancapkan cakarnya ke dinding-dinding tanah untuk berpegangan. Kini dia diapit oleh kedua tanah. Akar-akar pohon yang berada di dalam tanah itu tiba-tiba bergerak dan mengikat kedua tangan Lutung hingga dia tak mampu bergerak. Seketika itu Duwo menutup kembali merapatkan lagi pecahan tanah itu dengan Lutung terjepit di dalamnya. Tapi Lutung tidak mati, dia mengoyak-ngoyak tanah dari dalam sehingga terjadi gempa yang begitu dahsyat. Gunung Bromo memuntahkan lahar, pohon-pohon roboh. Lahar panas itu mengenai Duwo tapi Duwo tidak mati. Lahar itu seperti hujan terpental dari gunung lalu jatuh deras ke bawah. Lutung keluar dari dalam tanah menyerang Duwo lagi tapi Duwo dengan sergap menangkis serangan Lutung lalu memegangnya kemudian melemparkan ke dalam larva gunung Merapi. “Jika bumi tak bisa membuatmu mati, maka aku akan menenggelamkanmu di dalam larva panas ini”. Lutung jatuh ke dalam larva dan mati. Gunung yang tadinya memuntahkan larva panas ke udara, seketika berhenti dan tenang (hingga kini orang Bromo selalu melemparkan hewan kambing beserta sesaji ke dalam larva supaya Bromo tidak meletus di setiap acara Kasodo. Mereka yakin Lutung di dalam larva masih hidup tapi tak bisa keluar. Mereka memberi makan dan kambing untuk teman Lutung di dalam larva). Setelah menghabisi Lutung, Duwo pergi ke Cina dengan kesaktiannya ia menembus batas ruang dan waktu. Ia melacak tenaga cakra Darmini hingga akhirnya ia benar-benar melihat sosok Darmini duduk termenung di atas tembok besar China. “Darmini sebutkan keinginan terakhirmu” kata Duwo. Darmini yang tahu bahwa Duwo bukan makhluk baik-baik mengatakan “Pergi kau dari mukaku” jawab Darmini. “Tentu setelah kau mati” jawabnya sambil berlari sebelum kemudian melesatkan kuda-kuda pukulan maut kepada Darmini, jurus pukulan gunung kembar. Kepalan kedua tangannya melesat ke dada Darmini setelah posisi di dalam jangkauan yang ia perkirakan. Gerakan itu seperti angin “seeeet buaaarrrr………rrr!!!”. Bangunan tembok Cina sebagian rompal, batu berserakan kemana-mana. Hempasannya menjatuhkan pohon-pohon hingga 20 meter di depannya tapi ia terkejut saat melihat Darmini tak bergeming di depannya tak ada luka maupun goresan sedikitpun padanya. Ia tetap pada posisi duduknya semula. Ia melihat pukulan tangannya yang masih pada posisi menyerang itu, tertahan oleh kedua tangan si buta yang terbuka hingga Duwo makin geram. Ia melesatkan lagi bogemannya dengan jurus yang berbeda . Kini bogeman itu lebih dahsyat, tangan Duwo mengeluarkan api kemudian ia pukulkan kedua tangannya secara bergantian begitu cepatnya kepada si buta dan Darmini. Begitu dahsyatnya jurus itu hingga kedua tangan Duwo seperti meteor yang menghujani si buta. Mengetahui hal itu si buta yakin dia tidak akan sanggup menahan jurus itu. Ia melesat secepat kilat membawa Darmini menghindar jauh ke belakang dan pukulan itu mengenai dinding-dinding tembok besar China. Menghancurkan sebagian tembok besar China dan membuatnya terbelah menjadi dua. Pertarungan semakin sempit dan didominasi oleh Duwo Dlowor. Si buta turun dari terbangnya menghindari pukulan Duwo lalu berdiri di puncak pohon dengan membopong Darmini. Kemudian ia mengirim Darmini pulang ke gunung Bromo dengan ilmu transfernya menembus ruang dan waktu sementara ia bersiap menghadapi pertarungan dengan Duwo Dlowor si kolor ijo, si buta dan Duwo Dlowor bertarung 7 hari 7 malam . Tanpa henti keduanya saling menyerang. Pertarungan itu seperti kilat tak terlihat oleh mata, menyambar dan merusak apapun di sekitarnya. Orang-orang China menggangap itu badai petir terganas. Dewa sedang marah. Hanya satu orang China yang tahu bahwa itu adalah pertarungan dua mahluk yang sama kuat. Ia bernama Hang Liyang Liyung. Ia melihat sosok si buta seperti seekor kera dan melihat Duwo Dlowor seperti Budha agung. Kemudian ia menganggap itu pertarungan kera sakti dengan Budha Julai. Hang Liyang Liyung terus mengamati pertarungan itu. Di sisi lain Zetsu juga mengamati sambil memberi informasi tentang kekuatan si buta kepada Kazor. Hang Liyang Liyung dianggap orang yang paling suci saat itu di China. Tak ada dosa sekecil pun dalam dirinya sehingga ia mampu melihat benda yang tak kasat mata serta bisa pergi ke kayangan bertemu dewa-dewa. Di lain itu ia juga merupakan penulis buku religi sejarah dewa-dewa. Ia menulis pertarungan itu sebagai cerita di kera sakti. Di titik darah pertarungan terakhir si kera sakti mengeluarkan jurus penghabisannya. Bagaimanapun ia adalah pendekar sepanjang massa yang bersemedi di dalam goa setan selama satu abad. Jasadnya tapa sedang arwahnya berlatih di alam jin dan dilatih oleh seratus juta jin, gondoruwo, kuntil anak, pocong, tuyul, pastur jeruk purut, suster ngesot, sundel bolong, Susana, Fredy, Jason, dan nenek sihir. Tak ada satupun pendekar yang bisa menyentuhnya selain Duwo saat ini. Tapi kini si buta telah marah sekali. Ia memukulkan tongkatnya yang memanjang kepada Duwo Dlowor. Duwo Dlowor yang pernah gak mati tertimpa beton bangunan gereja tua saat pernah bekerja menjadi tukang batu dulu, menahan pukulan tongkat si buta dengan ampitan dua jari saja. Tanpa dikira Duwo, tongkat itu kemudian membesar menjadi sebuah ular raksasa lalu memakan Duwo Dlowor dan menyelam ke dalam palung laut terdalam di Samudra Pasai membawa Duwo Dlowor yang ada di perutnya. Setelah itu tongkat baru lagi tiba-tiba muncul di tangan di buta tanpa Duwo Dlowor pernah muncul lagi selamanya.
Zetsu kembali ke kampung dan memberi informasi kekelahan Duwo Dlowor sedang kelompok Tekos Corot telah menemukan seorang pemuda yang memiliki kapak 212 itu tiga hari sebelumnya, dia bernama Heru Sableng dari Pulau Komodo. Menurut legenda dia lahir dari telur komodo jauh sebelum pulau itu dihuni jutaan komodo dan menjadi Pulau Komodo. Heru Sableng juga tidak diragukan lagi kesaktiannya meskipun sifatnya sangat aneh dan kadang-kadang tidak bisa dinalar oleh otak. Kadang ia suka melonglong seperti srigala di malam hari dan setiap harinya seperti anak 8 tahun. Suatu hari Kazor Sentanu bersama Kepala Desa serta pembesa-pembesarnya melakukan rapat terpenting dalam penyerangan Darmini. Semua anggota rapat berkonsentrasi penuh mendengar strategi yang dibicarakan oleh Kazor Sentanu kecuali Heru Sableng yang sibuk meloncat-loncat di atas mejanya, terkadang juga jungkir balik dan sibuk dengan aktifitasnya yang gak jelas, tapi Kazor Sentanu sepertinya memahami sifat Heru Sableng, dia mengerti legenda kapak 212 yang hanya dimiliki oleh orang aneh saja karena kesaktiannya yang dahsyat dari kapak 212 membuat orang menjadi gila, melenyapkan akal sehat, kutukan, serta pengaruh buruk yang dibawa seseorang. Maka dari itu Kazor Sentanu dan Kepala Desa membutuhkan kekuatannya. Kegilaan di dalam rapat tidak membuat Heru Sableng tidak mengerti akan strategi Kazor Sentanu dan kawan-kawan melainkan dia merupakan orang yang paling pandai dan menyarankan si buta untuk dijebak dengan mengurungnya ke dalam baja raksasa yang berbentuk seperti perahu. Lalu memperkuat kelompok dengan menjadikan tekos corot menjadi 5.000 juta $ anggota tenglot Zetsu yang dikloning dengan waktu 10 hari, lalu 5.000 juta $ anggota tekos poti dengan membangkitkan mayat hidup melalui tenaga ilmu hitam Kazor Sentanu. Waktu tinggal 8 hari lagi. Kelompok Tekos Corot dan kelompok Tekos Piti akhirnya bergerak menyerbu Darmini, sedang si buta mengajak semua anggota kesatuan makhluk gaibnya untuk bertahan setelah dia tahu dari mata-mata jinnya bahwa kepala desa akan menyerangnya untuk membunuh Darmini.
Perang dimulai hantu melawan zombie (mayat hidup) yang dibantu kloningan Jenglot. Ini seperti pertarungan arwah melawan raga, roh melawan jasad, Tuhan melawan Jesus ataupun dewa melawan vampir. Pertempuran sepanjang jaman yang akan mengubah dunia dan memberikan kepingan-kepingan sejarah pada dunia. 7 hari 7 malam 7 jam 7 menit 7 detik pertarungan berlangsung kekuatan keduanya sama-sama saling melemah. Semua prajurit mati tak tersisa. Perang yang sangat kejam menyisahkan tumpukan-tumpukan mayat yang menggunung, dan hanya 5 orang yang tersisa si buta dengan Darmini melawan Kazor Sentanu, Heru Sableng dan Kepala Desa. Heru Sableng dan kawan-kawannya memulai strateginya, dia akan maju satu lawan satu dengan si buta dengan si buta si Kazor Sentanu mengikat bayangannya dari belakang sedangkan kepala desa menyiapkan perahu baja itu. Ketika Heru Sableng berhasil mendekati si buta dan menyatukan bayangannya maka bayangan si buta akan terikat oleh ilmu pengikat baying ciptaan Kazor Sentanu, sedangkan jika Heru Sableng merasa dalam bahaya bayangan itu akan menarik cepat ke belakang, sedang si buta dari goa setan memasukkan tubhnya 1000 roh jahat penghuni relung neraka untuk meningkatkan kekuatannya dan menggunakan jurus kabut untuk mengaburkan pandangan musuh. Tentu itu jurus andalan si buta karena dia melihat musuh dengan mata hatinya yang tak bisa terhalang oleh apapun. Tentu saja pertarungan ini harus diakhiri sebelum senja, sebelum kutukan Darmini menjadi musibah. Heru Sableng melemparkan kapak 22 sehingga berputar seperti boomerang yang tak pernah henti mengejar si buta kemanapun. Tak jarang si buta mengelak kapak itu sambil bertarung adu jotos dengan Heru Sableng. Selain itu si buta harus menjaga bayangannya dari Heru Sableng. Si buta menyulap tongkatnya menjadi raksasa bagai tiang penopang langit. Ia memukulkan ke Heru Sableng seperti bola bilyard yang disodok atau lumbung yang ditumbuk meninggalkan lubang sumur yang dalam dan besar. Saat itu pertarungan berlangsung di negeri Arab, secepat kilat Kazor Sentanu menarik Heru Sableng dari pukulan itu. Ia menaruh Heru Sableng ke bulan kemudian pertarungan itu berlanjut di bulan. Heru Sableng melonglong di bulan keras dengan suara yang melebihi supersonic yang bisa melelehkan besi hingga permukaan bulan banyak berlubang selain karena longlongan Heru juga karena pukulan tongkat-tongkat si buta. Kikisan tanah bulan jatuh ke bumi menjadi meteor-meteor yang menghancurkan sebagian Negara Amerika. Kedahsyatan pertarungan di bulan membuat beberapa alien meneliti dan terjun ke bumi dengan pesawat piringnya. Mereka mencari tahu apa yang sedang terjadi selama ini di bumi sebelum akhirnya mereka kembali ke planet mereka. Ketika kedua petarung itu kembali melanjutkan pertarungan mereka di bumi, suatu ketika mereka berdua jatuh ke dalam lautan yang benturannya begitu dahsyat sehingga menimbulkan gempa besar di laut lalu terjadi tsunami di Aceh karena luapan air laut. Kepala Desa mengatakan pada Kazor Sentanu bahwa perahu bajanya sudah siap sehingga Kazor Sentanu menarik Heru Sableng ke Pulau Jawa lagi diikuti si buta. Sampai di daerah dekat perahu, keduanya melanjutkan pertarungan sengit itu si buta menyemprotkan racun deras dari mulutnya. Racun yang bisa cepat membaur dengan udara dan bahkan makhluk gaibpun bisa mati ketika menghirupnya. Heru menahan racun itu dengan membuat angin badai tornado dari gerakan tangannya dan mantra “kucing, kambing, kuda” kata Heru. Kemudian udara yang mengandung racun itu dibuang jauh dengan kusaran badai ke Eropa. Akhirnya tanpa disadari si buta terikat oleh jurus bayangan Kazor Sentanu, bukan lewat tubuh Heru Sableng melainkan dari sebuah kapak yang terus mengejarnya dan menyerangnya dari belakang. Suatu ketika si buta menghindari serangan api Heru Sableng dan hampir mengenai kapak sebelum akhirnya kapak itu menancap di bayangan Heru Sableng dengan mantra Kazor Sentanu yang ditempelkan di kapak itu, sehingga si buta tidak bisa bergerak sungguh sangat tidak terduga, dan memang Heru Sableng sangat cerdas dengan begitu si buta tidak bisa bergerak lagi lalu Heru Sableng menyuruh Kazor Sentanu mengikat bayangan si buta sebelum dia akhirnya mengubur si buta dengan perahu dan menjadikan bukit tangkuban perahu. Setelah kemenangan itu Darmini dibunuh oleh kapak 212 akan tetapi arwahnya tidak dimasukkan ke dalam kendi sakti melainkan potongan tongkat si buta yang kemudian diubah menjadi kendi dan ditukar dengan kendi sakti oleh kera anak buah si buta ketika para anggota kepala desa lengah. Kepala Desa, Heru Sableng dan Kazor Sentanu tidak mengetahui rencana yang telah disiapkan oleh si buta sebagai rencana kedua jika dia kalah, mereka (Kepala Desa Heru Sableng serta Kazor Sentanu) membuang kendi itu di lautan terluas dan terdalam untuk mencegah menjadi wabah desa yang bernama Desa Pasuruan. Di dalam laut Darmini berubah menjadi Nyi Blorong, manusia ular yang dilahirkan oleh Kendiyan telah berubah menjadi ular di dasar laut dan Darmini melakukan dendamnya dengan menenggelamkan sebagian Desa Pasuruan yang bernama Grati hingga menjadi danau, dan membunuh satu persatu nelayan yang pergi ke Segoro (laut) Kidul. Mendengar hal itu Kepala Desa Heru Sableng dan Kazor Sentanu ingin mengakhiri perseteruan dengan damai karena jika terus berperang maka permusuhan yang terjadi semakin dalam dan semakin besar sehingga mereka mengundang Nyi Blorong (Darmini) beserta anak buahnya (Prajurit Laut) ke dalam konverensi meja bundar yang memutuskan damai dengan persyaratan di hari tertentu para penduduk harus melemparkan kepala kerbau ke laut sebagai tumbal, sebagai santapan beserta kue-kue tradisional. Hingga sampai sekarang mereka melakukan itu dan melakukannya setelah panen ladang dan sawah. Di dasar laut Darmini menjadi ratu cantik yang sangat dipuja meskipun rakyatnya adalah para jin laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar