By theteckoes curut
Matahari melambung tinggi, manunjukkan waktu melewati setengah hari. Lalu lalang setiap orang membuat jalanan ini tak pernah sepi. Entah apa yang mereka lakukan dan kemana arah tujuan tak pernah bisa kumengerti. Sedang taburan asap yang tak pernah mereka sadari menambah suasana panas hari ini. Dibawah dua pohon besar yang sedang bersemi kuberteduh dari terik sinar matahari yang telah m emutih, aku duduk sambil mencermati mencoba tuk menghibur hati yang sedih.
Dari sebelah kiri kumendengar lirih serangkaian suara bergemih, dari jauh sedang mendekati, samar-samar dan pelan-pelan mulai terdengar jelas. Tiba-tiba sesosok bocah kecil berdiri di hadapanku, aku tak tahu dari mana datangnya ? saat kutengok arah lain ternyata berjumlah dua orang yang satu berada jauh di sebrang berdiri diantara ruas jalan. Mereka memakai pakaian yang sama baju koko warna putih ber peci haji memakai sarung dengan kelompen sebagai alas kaki.
Anak pesantren pikirku..!! lalu apa yang ia lakukan disini? Sembari ia menyodorkan peti. Kotak warna putih itu bertuliskan “buat modal kamu mati” tanda lubang diatas supaya aku bisa mengisi.
Dengan sedikit ter engah-engah dia berkata “pak sumbangan mesjid seikhlasnya” kemudian menghela nafas kecil. Saat kulihat mukanya merah gelap, tubuh yang kurus ditopang kedua kaki yang sudah letih. Sepertinya ia telah berjalan jauh dibawah terik matahari “pak ini untuk mesjid……..” ucapnya lagi dengan nada sedikit memaksa.
Aku berdiri terpaku dibuatnya seolah terpanah dengan segudang rasa ibah dan seribu tanda Tanya??.apa ini sebuah jihad?? Apa yang terjadi dengan agama dimasa ini seolah jaman dahulu terulang lagi dimana agama mencoba kokoh berdiri.
Ironisnya anak seusia ini harusnya mengunyah pelajaran sekolah tapi apa yang sebaliknya terjadi mereka melakukan hal yang tidak semestinya dijalani. Kupikir dalam islam takpernah di ajarkan semacam ini faktanya kini mereka berprofesi sebagai pemburu logam dengan dalih jalan ilahi. Bukan seperti anak sekolahan yang mempunyai banyak mimpi.
Dalam saku Cuma uang limaratus rupiah yang kupunya kemudian kumasukkan kedalam kotak yang telah cukup lama ditopan kedua tangannya dengan demikian mukanyapun sedikit cerah dan ber binar-binar seolah dia mendapat harta yang sangat berharga, limaratus rupiah mereka cari dengan bertarung jiwa.
Lalau kucoba menanyainya “ apa kamu anak pesantren”
“Tdak”., jawabnya
Kamu masih sekolah.,” ?? Tanya aku lagi
Tidak.,” sahutnya
Kenapa kamu meminta-minta denga kotak amal mesjid.,?? Tanya ku lagi
‘untuk memebangun mesjid dan sekalian mencari nafkah.,” jawab ia lagi sambil menengok mobil bersuara denga sepiker yang mulai menjauhinya. Ternyata mobil itu juga bagian dari pekerjaannya, mobil yang memberiakn sedikit ceramahan dan doa-doa bagi orang yang mau beramal kepadanya.
Setelah itu ia pun berlari menuju sisi mobil sambil meneruskan pekerjaan yang sama seperti tadi meminta sumbangan pada semua orang bahkan orang lain agama. Ia terus saja berlari tanpa pedulikan nafas yang baru saja mulai teratur dan kaki yang baru saja mulai tenang. Kaishan..!!” anak sekecil itu harus berlari mengukur jalan sedang yang tua duduk di dalam mobil dengan tenang.,”
apakah terlalu sedikitkah orang yang mau ber sedekah sehingga mereka harus turun ke jalan (pikirku dalam hati.) setelah ku ketahui ternyata itu metode baru mengais rejeki. Mencari nafkah dengan sedikit sentuhan agamis, membangun mesjid untuk membuka lapangan kerja. Sungguh suatu hal yang nistah membuatku teringat ucapan rosululloh” pada hari akhir dimana manusia berlomba-lomba membangun mesjid-mesjid yang indah maka kiamat telah dekat.,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar