Entah sejak kapan dan siapa perintis awal profesi ini, yang hingga sekarang profesi meminta-minta ini sudah menjadi pekerjaan bagi penduduk Kampung Baru kota Pasuruan. Meskipun tidak semua penduduk kampung baru tapi sebagian besar para penghuni Kampung Baru menggeluti pekerjaan yang di bilang mengemis
Menurud narasumber yang pernah saya temui, pekrjaan meminta-minta ini sebenarnya sudah ada sejak lama, sejarahnya dahulu dimulai dari nenek moyang yang benar-benar seorang pengemis (tunawisma) hingga menjadi budaya bagi keturunannya. Sekarang budaya mengemis telah di kembangkan dan di resmikan oleh Kepala Desa dan RT Kampung baru sebagai pekerjaan dan profesi bagi penduduk kampung baru.
Dalam rapat yang di adakan pada tgl 13 maret di (new village) telah membentuk karyawan pengemis dalam beberapa kelompok yang disebud (kelompok kaipang) kelompok-kelompok itu memiliki komitmen yang telah terorganisir jadi mereka tidak sembarangan melakukan pekerjaan mengemisnya karna persatuan kaipang mempunyai aturan-aturan tertentu dalam melaksanakan tugasnya diantaranya :
1. Pengelompokan
Setiap kelompok terdiri dari beberepa orang. dalam menjalankan aksinya maksimal 2 orang minimal 1 orang dan ditenggangkan oleh selang waktu. setelah waktu habis setiap karyawan kaipang harus memberi laporan kondisi dan keadaan daerah jajahan pada ketua kelompok. Setiap laporan dikumpulkan kemudian dibuat agenda modus operandi kelompok kaipang.
2. Pembagian Wilayah Jajahan
Ada beberapa wilayah di pasuruan yang menjadi target operandi pasukan kaipang yang berdasarkan hari dan waktu
• Target I : pasuruan bagian Timur.
Mulai dari pusat yaitu alun-alun sampai lekok Hari pertama oleh kelompok kaipang Cap Kodok. Hari kedua oleh kelompok kaipang Cap Gagak, Hari ke tiga oleh keompok kaipang Cap Pistol dan Hari ke empat oleh kelompok kaipang Cap Kucing.
• Target II : pasuruan bagian Selatan.
Mulai dari pusat yaitu alun-alun sampai purwosari hari pertama oleh kelompok Cap Gagak. Hari kedua oleh kelompok kaipang Cap Pistol hari ketiga oleh kelompok kaipang Cap Kucing dan Hari ke empat oleh kelompok kaipang Cap Kodok
• Target III : pasuruan bagian Utara.
Mulai dari pusat yaitu alun-alun sampai trajeng Hari pertama oleh kelompok Cap Pistol. Hari kedua oleh kelompok kaipang Cap Kodok hari ketiga oleh kelompok kaipang Cap Kucing dan Hari ke empat oleh kelompok kaipang Cap Gagak
• Target IV : pasuruan bagian Barat.
Mulai dari pusat yaitu alun-alun sampai beji Hari pertama oleh kelompok Cap Kucing dan seterusnya.
3. Kerahasiaan Identitas
Domisili,nama,tempat tanggal lahir serta alamat dan yang terpenting harta kekayaan harus terjaga dari publik dan dirahasiakan oleh pelaku pengemis imimnya mereka memakai nama samaran exp. (ghost hand). Dan ada juga yang memakai topeng.
4. Setiap kelompok kaipang boleh menciptakan kekreativan dalam pekerjaanya misalnya dengan memakai baju badut,gitar,berjoget dll.
5. Memasang muka melas dan berjalan serta memakai baju kotor
Kensep yang mereka jalankan adalah mengemis tanpa malu dan tak kenal lelah
Dengan semboyan “mengemis atau mati”
Pasalnya pekerjaan mengemis ini dikerjakan oleh ibu-ibu,anak kecil dan bahkan nenek-nenek rumah tangga. Pekerjaan yang tidak layak ini justru dikerjakan oleh kaum wanita yang seharusnya drajadnya di junjung tinggi serta di jaga olj para suami anak kecil yang seharusnya mengenyam bangku sekolah para nenek-nenek yang seharusnya duduk si kursi goyang.
“Mau bagaimana lagi mas ! (sambil memelas) kalau yang bekerja kaum laki-laki pasti orang-orang gak mau kasih uang, karna merela pikir kita lebih kuat untuk bekerja daripada mengemis padahal yang namanya cari kerja itu sangat sulit. pekerjaan mengemis ini menurut kami sudah bukan pekerjaan hina lagi karena pola pikir kami sudah berkembang kami harus meneruskan warisan nenek moyang. Kodrat hidup itu ada yang miskin ada yang kaya. jadi mengapa kita harus malu jadi oang miskin kalau inilah takdir yang harus kita jalani. Kalau kita lihat dari segi hukum Ekonomi pekerjaan ini lebih baik daripada mencopet dan sebagainya. Pekerjaan ini juga membutuhkan tenaga yang besar karna harus berjalan berkilo-kilo, kami juga tidak menekankan orang-orang untuk memberi banyak-banyak cukup seikhlasnya.”
Mengemis adalah metode yang menggunakan kemelasan/kesedihan dari beberapa cara yang digunakan oleh Pemburu Logam anggotanya dimayoritaskan oelh perempuan anak-anak dan lansia. Tidak sedikit dari mereka (para pengemis)yang juga sukses di bidang pengemisan, menurud yang saya ketahui bangunan rumah serta perangkat dalam sepeti Kursi TV, hingga kulkas mereka punya, dan tak jarang mereka belanja di tempat-tempat Elite serta berlibur ke luar pulau.
Bagaimana tidak ! kalau di tinjau dari Hukum Ekonomi ‘Meminimalkan Modal dan Memaksimalkan Pendapatan” sudah sangat memenuhi kriteria pendapatan mereka perhari mencapai Ratusan Ribu dalam sekali jalan bahkan Puluhan Ribu dapat mereka raib dengan satu pekerja. Bayangkan jika 1 orang memberi minimal 500 rupiah, jika seratus rumah sudah dapat 50.000 di akumulasikan dalam 1 bulan. Dikali 30 = 1500.000 jika 2 orang dalam satu keluarga berprofesi sama maka penghasilan perbulannya mencapai 3.000.000 tanpa dipotong pajak.
Yang membuat saya bertanya-tanya ??? apakah pemerintah juga memikirkan dari dampak keja kelompok Kaipang bagi kesenjangan kota pasuruan yang mungkin bisa menjamur seiring berjalnnya waktu dan kondisi perekonomian bangsa. Selain itu pemerintah harus memikirkan dampaknya.
Penjajahan kelompok Kaipang harus segera di hentikan karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri kesejahteraan serta Agama yang di anut oleh masyarakat Pasuruan. Beberapa diantara kelompok Kaipang yang memekai konsep Garis Keras contohnya kelompok Kaipang Cap Gagak mengkhalalkan segala cara dalam pekerjaannya seperti mencuri pakaian jemuran, sandal, serta barang-barang penduduk kedua : Komitmenisasi Kelompok Kaipang tidak sesuai dengan kondisi dan struktur budaya penduduk cintohnya : Kelompok Kaipa Cap Kodok yang menggunakan alat musik serta bernyanyi pada saat penduduk sedang sholat, mengaji, tidur. Mereka tak pedulikan waktu. Keiga : Kelompok Kaipang Cap Pistol yang selalu memakai Media Amal sebagai bahan dalam melaksanakan berbagai aksinya yang mengatas namakan agama sehingga membuat nama baik agama tercoreng.
Bagaimana cara mengatasi ini serta bagaimana cara membarikan yang terbaik bagi kota pasuturuan semoga ada dalam program calon pemimpin Kota Pasuruan karma ini lerupakan deskripsi dari kelemahan tersembunyi kota Pasuruan yang haris di atasi untuk kemajuan kota Pasuruan Saya Theteckoes_ curut menyampaikan untuk dipertimbangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar